Pea's Familly Challenge II

/
6 Comments
Fakta Tentang Cewek Tomboy

Sebelum gue jelasin tentang kalimat di atas, gue mau jelasin dulu apa maksud dari postingan ini. Mungkin di antara kalian ada yang bingung (atau cuma gue doang yang bingung?) Apa maksud dari semua postingan gue. Jadi ini semacam challenge yang di buat oleh grup wa yang gue ikutin. So, isinya bisa jadi berupa DIY, tips dan trik atau apalah, terserah. Kali ini gue bakal ngebahas tentang cewek Tomboy. Cekidooot!!

Beberapa orang mungkin mengernyitkan dahi (jangan lu juga dong!) Waktu denger kata Tomboy. Siapa sih Tomboy itu? Kenapa ada cewek Tomboy? Apa yang di lakukan oleh cewek Tomboy? Nah, itu pertanyaan yang lazim muncul ketika ada yang menyebut kata Tomboy. Tomboy dalam kamus bahasa Indonesia berarti perempuan yang melakukan peran gender sebagai laki-laki. Melakukan permainan laki-laki, berpenampilan maskulin selayaknya laki-laki. Misalnya cewek yang gak suka pake rok (kayak gue? Maybe). Perilaku Tomboy bisa di pengaruhi oleh beberapa faktor. Contohnya adalah ketidakpuasan terhadap nilai yang berlaku dalam masyarakat yang membatasi gerak sebagai cewek normal. Sebagai negara yang masih memegang teguh adat ketimuran, peranan cewek/perempuan di masyarakar masih di batasi oleh nilai atau norma. Contohnya saja jika cewek melakukan pekerjaan yang umumnya di lakukan oleh laki-laki itu di anggap sebagai sesuatu yang tidak pantas. Hal ini mendorong cewek/perempuan untuk bertindak di luar itu dan menunjukkan jati dirinya sebagai laki-laki. Untuk hal ini penulis (gue) melakukan beberapa wawancara (ngobrol doang sih tapi dengan pertanyaan menjebak. Haha *senyum setan*) dengan beberapa cewek dengan penampilan Tomboy dan menanyakan apa motif dibalik sifat Tomboy mereka. Berikut hasil penuturannya (narasumber random : cewek berumur 15 tahun dan mahasiswi berumur 20 tahun):

1.     Cewek Tomboy ber-usia 15 Tahun sebut saja namanya Bunga (bukan nama sebenarnya, apalagi nama artis. Bukan!) cewek berusia 15 tahun mengaku memilih bersifat Tomboy hanya untuk mempermudah dia dalam bergaul dengan temannya yang rata-rata laki-laki. "Jadi cewek itu ribet ya, Mbak. Mesti dandan, ini itu. Heboh aja pokoknya. Enakan jadi cowok." Kira-kira begitu jawaban si cewek abege ini waktu gue tanya apa yang melandasi sifat Tomboy-nya. Disini menunjukkan bahwa si cewek umur 15 tahun ini Tomboy-nya hanya untuk mempermudah pergaulan saja.

2.     Mahasiswi  ber-usia 20 tahun sebut saja namaya Melati (lagi-lagi bukan nama sebenarnya) ketika gue mengajukan pertanyaan yang sama. Mahasiswi menjawab bahwa perilaku Tomboy-nya di sebabkan oleh faktor lingkungan. Dimana di dalam keluarganya dia tidak memiliki saudara laki-laki dan dia kehilangan sosok ayah ketika masih kecil. Hal ini mendorong dia untuk menjadi sosok yang kuat. Dan menurut dia, laki-laki adalah sosok yang kuat. Berhubung dia sudah masuk usia dewasa jadi gue iseng nanya orientasi seks-nya. Ternyata orientasi seks-nya tidak berubah. Dia masih tertarik dengan pria sebagai orientasi seks-nya dan mengaku memiliki pacar seorang pria. Ini masuk dalam kategori Tomboy yang normal.

Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Tomboy:

a.      Lingkungan
Menurut hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap narasumber, lingkungan mempengaruhi pengaruh penting dalam proses tumbuhnya sifat Tomboy ini. Misalnya si anak tumbuh dalam keluarga yang tidak memiliki anak perempuan selain dirinya. Hal ini mendorong si anak untuk meniru (imitasi) perilaku saudara laki-lakinya. Bisa meliputi cara berpakaian, gaya rambut atau melakukan permainan anak laki-laki.

b.     Trauma Masa Lalu
Kejadian masa lampau terkadang mempengaruhi pola pikir seseorang. Misalnya si anak tumbuh dalam keluarga yang sering melakukan KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Biasanya seorang anak perempuan (cewek) mengubah orientasi (pola pikir) bahwa perempuan itu sosok makhluk yang lemah sehingga memotivasi dia untuk menjadi pribadi yang kuat dan bisa melindungi diri sendiri agar kejadian serupa (yang terjadi terhadap Ibu atau saudara perempuannya) tidak terjadi padanya dan sosok yang kuat menurut dia adalah laki-laki (melihat perbuatan sang Ayah atau saudara laki-lakinya). Atau si anak memiliki trauma tersendiri seperti pelecehan seksual.

c.      Pandangan Hidup (Pola Pikir)
Menjadikan sosok Tomboy itu agar terlihat keren dan berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Hal ini umum terjadi pada anak berusia 9-15 tahun (usia pubertas) karena masih dalam proses pencarian jati diri dan masih melakukan proses social yaitu Imitasi (Meniru).

Dalam kamus bahasa Inggris Oxford (yang tebelnya kayak bantal) Tomboy Berarti 'ketidakpantasan atau kekasaran'. Nah lho, Tomboy itu perilaku menyimpang atau bukan? Perilaku menyimpang adalah perbuatan yang menyalahi nilai atau norma yang berlaku dalam masyarakat.
Beberapa orang memukul rata bahwa Tomboy itu identik dengan hubungan sesama jenis. Tidak semua Tomboy seperti itu. Seperti yang telah penulis jabarkan di atas, Faktor yang mempengaruhi sifat Tomboy itu bisa berbagai hal. Seperti lingkungan, pola pikir, atau kejadian masa lalu yang menimbulkan trauma. Sejauh ini penulis belum menemukan kasus cewek Tomboy yang menjalin hubungan sesama jenis. Tapi dari beberapa sumber yang penulis baca, sifat Tomboy bisa mengubah orientasi seks seseorang jika hal ini luput dari pengawasan orang terdekat. Sifat Tomboy biasanya muncul secara alamiah. Hal ini biasa terjadi pada anak usia pubertas (9-15 tahun) dimana pada usia itu seorang anak sedang melakukan pencarian jati diri dan melakukan imitasi terhadap lingkungan sekitar.
Pada saat seperti ini peranan orang terdekat (keluarga dan teman) menjadi penting untuk memastikan bahwa sifat Tomboy mereka masih berada dalam tahap wajar dan tidak mengacu pada perilaku menyimpang. Karena pada usia tersebut rentan terjadi konflik bathin dalam diri si anak untuk menentukan jati diri ‘akan seperti apa aku nanti?’ Sebagai  masyarakat yang patuh terhadap hukum mari kita ciptakan suasana yang aman untuk pertumbuhan anak di sekitar kita. Misalnya dengan tidak men-judge anak sebagai anak nakal. Karena apa yang terucap dari kita dan jika dilakukan terus-menerus akan sangat mungkin berpengaruh terhadap mindset si anak dalam berkembang. So, stop violence! Rangkul mereka dan biarkan mereka tumbuh dan berkembang dengan baik agar kelak bisa memimpin bangsa ini ke arah yang lebih baik. 


Demikian ulasan dari penulis, sampe ketemu di postingan selanjutnya. Semangat!


Sumber        :
1.     Buku Sosiologi SMA
2.     Wikipedia.com
3.  Google.com
4.     Berbagai sumber lainnya


You may also like

6 komentar:

  1. Balasan
    1. Tetep gak bisa keluar dari gaya slengekan, Mpit. Haha

      Hapus
  2. Huwaw! Kamu sampai riset dan wawancara yaa... Informasinya dapet banget. Keren, kali ini kamu fokus :D
    Btw, hmmm jadi begitu ya... contoh di atas masih normal sih. Untung gak sampe jadi lesby

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum berani mengupas 'itu' lebih blak-blakan, Vin. Kurang riset dan masih merasa tabu juga. Takut salah ngomong malah kena keroyok. Hehe

      Hapus
  3. Gilaaak ini tulisan serius banget :D wkwkwk risetnya habis-habisan deh kayaknya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak! Saya gak gila. Tolong jangan katakan saya gila. Lol

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.